Rabu, 01 Februari 2012

Senyum Keadilan


Abraham Lincoln sejak muda sudah tertarik pada hal-hal tentang keadilan. Suatu kali ia mendapati dua orang temannya sedang terlibat perdebatan sengit, dan hampir berkelahi; baku hantam. Ia merasa terpanggil melihat kejadian tersebut untuk membantu memecahkan masalahnya. Ia menggali akar permasalahan yang menimbulkan pertengkaran tersebut, setelah mendapatkan masukan dari kedua belah pihak, lalu menganalisanya dan sampailah ia untuk mengambil keputusan seadil-adilnya.

Namun, pihak yang kalah menilai Abraham Lincoln bertindak tidak adil kepadanya, dengan angkuhnya ia menantang,
”Hai, Lincoln. Saya akan menghabisimu!”

Lincoln menunduk dan tersenyum geli melihat penantangnya yang tubuhnya jauh lebih kecil dari dirinya. “Baiklah,” kata Lincoln, “tapi kita berkelahi dengan adil ya… Kamu kan kecil, mana mungkin saya bisa memukulmu, dan saya lebih besar dari kamu kan? kamu pasti tidak bisa memukulku, bukan? Jadi, buatlah tanda dengan kapur pada tubuhku yang sama tingginya dengan tubuhmu. Bila kita berkelahi, kamu harus memukulku pada bagian tubuhku yang sudah ditandai, jika tidak begitu, maka perkelahian ini tidak adil, setuju?!”

Perkelahian itu tidak pernah terjadi, karena penggertak kecil itu tersenyum geli mendengar syarat yang diusulkan Lincoln, dan baku mulut berakhir menjadi gurauan lucu.

Tidak ada komentar: