Mona Lisa, Mona Lisa, men have named
you
You're so like the lady with the
mystic smile
Is it only 'cause you're lonely they
have blamed you
For that Mona Lisa strangerness in
your smile?
Do you smile to tempt a lover, Mona
Lisa
Or is this your way to hide a broken heart
Many dreams have been brought to your doorstep
They just lie there and they die there
Are you warm, are you real, Mona Lisa
Or just a cold and lonely, lovely work of art
Mona Lisa, Mona Lisa,
men have named you
You're so like the lady with the mystic smile
Is it only 'cause you're lonely they have blamed you
For that Mona Lisa strangeness in your smile?
Do you smile to tempt a lover, Mona Lisa
Or is this your way to hide a broken heart
Many dreams have been brought to your doorstep
They just lie there and they die there
Are you warm, are you real, Mona Lisa
Or just a cold and lonely, lovely work of art
Or is this your way to hide a broken heart
Many dreams have been brought to your doorstep
They just lie there and they die there
Are you warm, are you real, Mona Lisa
Or just a cold and lonely, lovely work of art
Mona Lisa, Mona Lisa,
men have named you
You're so like the lady with the mystic smile
Is it only 'cause you're lonely they have blamed you
For that Mona Lisa strangeness in your smile?
Do you smile to tempt a lover, Mona Lisa
Or is this your way to hide a broken heart
Many dreams have been brought to your doorstep
They just lie there and they die there
Are you warm, are you real, Mona Lisa
Or just a cold and lonely, lovely work of art
Alunan suara lembut Julio Iglesias
melantunkan sebuah lagu yang berjudul “M O N A L I S A” membawa fantasi penulis
pada sebuah lukisan yang sangat luar biasa yakni, “Monalisa”.
Betapa tidak! Lukisan “Monalisa” karya Leonardo Da Vinci
tersebut yang selesai dilukis pada tahun 1506 dan sudah selama 500 tahun
menjadi bahan perbincangan para penikmat karya seni, khususnya seni lukis.
Orang yang pernah melihat lukisan itu umumnya selalu akan
teringat akan “pesona senyuman”. Senyumnya selain mempesona, juga meninggalkan
misteri bagi banyak orang, dan kalangan pencita seni menganggap senyuman itu
memiliki nilai transendental keagungan yang luar biasa. Sehingga Livingston -
R. Evans mengapresiasi lukisan itu dan menggubahnya kedalam sebuah lagu dengan
judul sama “monalisa”, dan telah dinyanyikan beberapa penyanyi.
"More divine than human" (memiliki nilai
keagungan diluar batas sosok manusia) adalah komentar seorang kritikus seni dan
penulis terkemuka yang hidup di abad XVI, yaitu
Giorgio Vasari.
RAHASIA SENYUM
MONALISA
Untuk memuaskan rasa penasaran terhadap senyuman Monalisa,
banyak pakar yang terpanggil untuk melakukan penelitian dengan berbagai cara,
seperti:
J Pada tahun 2000 dalam Journal
Science No.17, Margaret Livingstone,
seorang pakar neuroscientist dari Universitas Harvard, yang mendapat dukungan
dari ahli sejarah kesenian zaman Renaissans dari Universitas Columbia yang
bernama James Beck, mengungkapkan kajian ilmiahnya “bahwa senyuman mempesona yang terkesan muncul selintas dengan
lamat-lamat pada wajah Monalisa tersebut terjadi akibat efek dari suatu ilusi
optik; senyuman itu dapat tertangkap mata justru pada saat seseorang tidak
tengah langsung memandang kearah bibir Monalisa.”
Teori tersebut dijelaskan Livingstone
dari sudut ‘struktur sistem visual manusia’ yang menjadi bidang keahliannya
dalam hal ‘visual processing yang terjadi pada manusia.’ Penjelasan teori
tersebut adalah: Pada saat seseorang tengah memusatkan pandangan secara
visualnya (indera penglihatan) atas suatu obyek, sesungguhnya citra yang
dipersepsikan manusia terbentuk dalam dua area yang dapat dibedakan secara
jelas, yakni ‘daerah pusat pada area bidang pandangan, disebut fovea, yang
mempunyai ciri dapat membedakan warna dan kesan kontras yang amat tajam.
Sedangkan bidang pandang sekeliling diluarnya, disebut peripheral area,
mempersepsikan pancaindera penglihatan terhadap citra hitam putih, bayang dan
efek gerak. Citra (image) suatu benda menjadi berkesan lebih baur (blurred)
jika pandangan atas ‘peripheral area’ terikutkan secara keseluruhan dalam
pandangan atas suatu obyek.
Livingstone dalam penelitiannya
menggunakan metoda kerja dengan menscanning reproduksi lukisan Monalisa, lalu
menghilangkan seluruh image bayang dan efek yang ada dalam area pandang
peripheral, sehingga lukisan tersebut hanya menyisakan image kontras dan beda
warna seperti yang lazim terlihat dalam area fovea. Proses tersebut
mengakibatkan pandangan mata manusia tidak dapat lagi menangkap adanya senyuman
Monalisa. Ketika efek bayangan dimasukkan kembali pada lukisan persis
sebagaimana pandangan manusia mempersepsikan pandangan area peripheral, maka
dengan segera munculah kembali senyum Monalisa yang mempesona itu.
J Pada 2001 bulan Oktober, Dr Montague Merlic, Spesialis Forensik
asal Inggris, pemimpin riset lukisan Monalisa, dalam seminar di Institusi
Kesehatan Nasional di Bethesda, Maryland, AS mengungkapkan bahwa Monalisa tidak
dapat menutup mulutnya dengan pas karena dia mungkin telah kehilangan
gigi-giginya. Menurutnya, kendati tampak seperti tersenyum, namun ‘secara
forensik’, tidak seperti itu. Monalisa cuma tidak bisa menutup mulutnya dengan
benar. Dan disitulah letak kebesaran seorang Leonardo Da Vinci sebagai seniman
terbesar mengekresikan dalam karya lukisannya.
Riset terhadap senyum Monalisa itu
dilakukan sejak tahun 1997. Mereka melakukan riset dengan menggunakan peralatan
teknologi mutakhir, yaitu komputer, pencitraan holografis dan tiga dimensi,
sehingga dapat diciptakan suatu simulasi susunan kerangka kepala Monalisa yang
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang melalui layar komputer.
Dari penelitian tersebut ditemukan,
bahwa pada profil kiri dan kanan kepala Monalisa terdapat indikasi kuat adanya
sesuatu yang tidak beres di dalam mulut Monalisa, akhirnya para pakar menemukan bahwa, “ekspresi yang
terlukis pada Monalisa hanya dapat terjadi bila tidak ada gigi dalam rongga
mulut Monalisa dengan kata lain Monalisa sebenarnya ompong.
J Pada tahun 2004, bulan
Oktober, Giuseppe Pallanti, pakar
sejarah, orang yang kesekian yang penasaran dengan misteri senyum manis
Monalisa itu terpanggil untuk ikut melakukan penelitian.. Sebagai seorang
sejarahwan, Pallanti mempelajari dari berbagai arsip penduduk kota tempat Da
Vinci menciptakan lukisan itu, yaitu di Kota Firenze. Pallanti menelaah arsip
yang sudah tersimpan berabad-abad, mulai dari catatan pernikahan sampai
akta-akta kepemilikan tanah milik warga kota.
Upaya Pallanti yang luar biasa dan
telah menghabiskan lebih dari 25 tahun untuk mengungkap misteri lukisan
Monalisa membuahkan hasil. Wanita misterius itu bernama asli Monalisa del
Giocondo, hidup di Kota Firenze pada tahun 1490-an. Monalisa lahir di Florence,
Italia, Mei 1479 dengan nama Lisa Gherardine., Monalisa menikah dengan seorang
pedagang kain sutra kaya raya, Francesco del Giocondo pada tahun 1495. Suaminya
adalah satu diantara rekan ayah Leonardo Da Vinci, notaris ternama di Firenze
saat itu. Hasil penyelidikan Pallanti menunjukkan, Da Vinci tinggal di kota
kecil itu antara tahun 1501 sampai tahun 1503.
Penemuan fakta tersebut memperkuat
memperkuat teori yang pernah dikemukakan sejumlah pakar sejarah pada abad ke-16,
bahwa Monalisa bukanlah tokoh fiktif yang dikhayalkan Da Vinci.
Temuan Pallanti itu bahwa Monalisa
bukan tokoh fiktif. Temuan ini juga menjelaskan tanggapan orang-orang Prancis
menyebut lukisan Monalisa sebagai "La Joconde"--nama yang mengacu
kepada nama suami Monalisa. Temuan ini pun diharapkan dapat mengakhiri
perdebatan yang telah berlangsung selama berabad-abad tentang keinginan Da
Vinci melalui lukisannya Monalisa.
J Pada bulan Desember 2005, ilmuwan dari University of Amsterdam dan
University of Illinois mengungkapkan misteri senyum Monalisa melalui
penelitiannya yang menggunakan bantuan software komputer, untuk mengungkap ‘rahasia emosi’ yang terkandung dalam
lukisan karya Leonardo Da Vinci tersebut. Dalam ‘New Scientist’, mereka
menyimpulkan, bahwa senyuman Monalisa menyampaikan pesan : 83 % kebahagiaan, 9%
kekejian, 6 % rasa takut, dan 2 % rasa marah. Kesimpulan tersebut diperoleh
dari analisa goresan lipstik dan kerutan di seputar mata dari lukisan
‘Monalisa’, yang menurut para ahli menggambarkan emosi yang terkandung di
dalamnya.
J Tahun 2006, senyum Monalisa
menarik perhatian seorang ahli akustik berkebangsaan Jepang, Dr. Matsumi Suzuki,
ia tergugah untuk mengekspresikan suara dibalik senyum misterius Monalisa. Dr.
Matsumi Suzuki yang sehari-hari bekerja membantu investigasi kejahatan, untuk
mewujudkan keinginannya agar lukisan Monalisa bisa berbicara, ia memerlukan
ukuran wajah dan tangan pelukis terkenal di abad 17 tersebut.
“Begitu mendapatkan ukuran wajah dan tangan Leonardo Da Vinci, kita bisa
menciptakan suara yang sangat mirip dengan pemiliknya. Masing-masing individu
mempunyai nada yang sangat khas. Hal itu bisa dilihat dalam grafik yang dikenal
sebagai voice print. Alat tersebut
memiliki akurasi 90%, sebab sudah pernah dicoba dan berhasil sukses dalam
menirukan suara beberapa tokoh terkenal. Dalam kasus Monalisa, bagian wajahnya
yang lumayan lebar dan pipinya yang menonjol, menunjukkan bahwa bentuk seperti
itu (umumnya) pemiliknya memiliki suara rendah.” Urainya pada Reuters dalam wawancara
dikantornya bulan Mei 2006.
Untuk menambah akurasinya, beberapa
ahli meminta perempuan Italia untuk memberi aksen khas orang-orang Italia. Lalu
apa sebenarnya yang dikatakan oleh Monalisa dalam lukisan tersebut? “Saya
Monalisa. Identitas sejati saya diselimuti misteri.”
Tidak percaya? Silakan kunjungi situs
dibawah ini untuk mendengar suara Monalisa:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar