Selasa, 07 Februari 2012

M O N A L I S A


Mona Lisa, Mona Lisa, men have named you
You're so like the lady with the mystic smile
Is it only 'cause you're lonely they have blamed you
For that Mona Lisa strangerness in your smile?

Do you smile to tempt a lover, Mona Lisa
Or is this your way to hide a broken heart
Many dreams have been brought to your doorstep
They just lie there and they die there

Are you warm, are you real, Mona Lisa
Or just a cold and lonely, lovely work of art
         
Mona Lisa, Mona Lisa,
men have named you
You're so like the lady with the mystic smile
Is it only 'cause you're lonely they have blamed you
For that Mona Lisa strangeness in your smile?

Do you smile to tempt a lover, Mona Lisa
Or is this your way to hide a broken heart
Many dreams have been brought to your doorstep
They just lie there and they die there

Are you warm, are you real, Mona Lisa
Or just a cold and lonely, lovely work of art

Alunan suara lembut Julio Iglesias melantunkan sebuah lagu yang berjudul “M O N A L I S A” membawa fantasi penulis pada sebuah lukisan yang sangat luar biasa yakni, “Monalisa”.

Betapa tidak! Lukisan “Monalisa” karya Leonardo Da Vinci tersebut yang selesai dilukis pada tahun 1506 dan sudah selama 500 tahun menjadi bahan perbincangan para penikmat karya seni, khususnya seni lukis.

Orang yang pernah melihat lukisan itu umumnya selalu akan teringat akan “pesona senyuman”. Senyumnya selain mempesona, juga meninggalkan misteri bagi banyak orang, dan kalangan pencita seni menganggap senyuman itu memiliki nilai transendental keagungan yang luar biasa. Sehingga Livingston - R. Evans mengapresiasi lukisan itu dan menggubahnya kedalam sebuah lagu dengan judul sama “monalisa”, dan telah dinyanyikan beberapa penyanyi.

"More divine than human" (memiliki nilai keagungan diluar batas sosok manusia) adalah komentar seorang kritikus seni dan penulis terkemuka yang hidup di abad XVI, yaitu  Giorgio Vasari.

RAHASIA SENYUM MONALISA
Untuk memuaskan rasa penasaran terhadap senyuman Monalisa, banyak pakar yang terpanggil untuk melakukan penelitian dengan berbagai cara, seperti:

J  Pada tahun 2000 dalam Journal Science No.17, Margaret Livingstone, seorang pakar neuroscientist dari Universitas Harvard, yang mendapat dukungan dari ahli sejarah kesenian zaman Renaissans dari Universitas Columbia yang bernama James Beck, mengungkapkan kajian ilmiahnya “bahwa senyuman mempesona yang terkesan muncul selintas dengan lamat-lamat pada wajah Monalisa tersebut terjadi akibat efek dari suatu ilusi optik; senyuman itu dapat tertangkap mata justru pada saat seseorang tidak tengah langsung memandang kearah bibir Monalisa.”

Teori tersebut dijelaskan Livingstone dari sudut ‘struktur sistem visual manusia’ yang menjadi bidang keahliannya dalam hal ‘visual processing yang terjadi pada manusia.’ Penjelasan teori tersebut adalah: Pada saat seseorang tengah memusatkan pandangan secara visualnya (indera penglihatan) atas suatu obyek, sesungguhnya citra yang dipersepsikan manusia terbentuk dalam dua area yang dapat dibedakan secara jelas, yakni ‘daerah pusat pada area bidang pandangan, disebut fovea, yang mempunyai ciri dapat membedakan warna dan kesan kontras yang amat tajam. Sedangkan bidang pandang sekeliling diluarnya, disebut peripheral area, mempersepsikan pancaindera penglihatan terhadap citra hitam putih, bayang dan efek gerak. Citra (image) suatu benda menjadi berkesan lebih baur (blurred) jika pandangan atas ‘peripheral area’ terikutkan secara keseluruhan dalam pandangan atas suatu obyek.

Livingstone dalam penelitiannya menggunakan metoda kerja dengan menscanning reproduksi lukisan Monalisa, lalu menghilangkan seluruh image bayang dan efek yang ada dalam area pandang peripheral, sehingga lukisan tersebut hanya menyisakan image kontras dan beda warna seperti yang lazim terlihat dalam area fovea. Proses tersebut mengakibatkan pandangan mata manusia tidak dapat lagi menangkap adanya senyuman Monalisa. Ketika efek bayangan dimasukkan kembali pada lukisan persis sebagaimana pandangan manusia mempersepsikan pandangan area peripheral, maka dengan segera munculah kembali senyum Monalisa yang mempesona itu.

J  Pada 2001 bulan Oktober, Dr Montague Merlic, Spesialis Forensik asal Inggris, pemimpin riset lukisan Monalisa, dalam seminar di Institusi Kesehatan Nasional di Bethesda, Maryland, AS mengungkapkan bahwa Monalisa tidak dapat menutup mulutnya dengan pas karena dia mungkin telah kehilangan gigi-giginya. Menurutnya, kendati tampak seperti tersenyum, namun ‘secara forensik’, tidak seperti itu. Monalisa cuma tidak bisa menutup mulutnya dengan benar. Dan disitulah letak kebesaran seorang Leonardo Da Vinci sebagai seniman terbesar mengekresikan dalam karya lukisannya.

Riset terhadap senyum Monalisa itu dilakukan sejak tahun 1997. Mereka melakukan riset dengan menggunakan peralatan teknologi mutakhir, yaitu komputer, pencitraan holografis dan tiga dimensi, sehingga dapat diciptakan suatu simulasi susunan kerangka kepala Monalisa yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang melalui layar komputer.

Dari penelitian tersebut ditemukan, bahwa pada profil kiri dan kanan kepala Monalisa terdapat indikasi kuat adanya sesuatu yang tidak beres di dalam mulut Monalisa, akhirnya  para pakar menemukan bahwa, “ekspresi yang terlukis pada Monalisa hanya dapat terjadi bila tidak ada gigi dalam rongga mulut Monalisa dengan kata lain Monalisa sebenarnya ompong.

J  Pada tahun 2004, bulan Oktober, Giuseppe Pallanti, pakar sejarah, orang yang kesekian yang penasaran dengan misteri senyum manis Monalisa itu terpanggil untuk ikut melakukan penelitian.. Sebagai seorang sejarahwan, Pallanti mempelajari dari berbagai arsip penduduk kota tempat Da Vinci menciptakan lukisan itu, yaitu di Kota Firenze. Pallanti menelaah arsip yang sudah tersimpan berabad-abad, mulai dari catatan pernikahan sampai akta-akta kepemilikan tanah milik warga kota.

Upaya Pallanti yang luar biasa dan telah menghabiskan lebih dari 25 tahun untuk mengungkap misteri lukisan Monalisa membuahkan hasil. Wanita misterius itu bernama asli Monalisa del Giocondo, hidup di Kota Firenze pada tahun 1490-an. Monalisa lahir di Florence, Italia, Mei 1479 dengan nama Lisa Gherardine., Monalisa menikah dengan seorang pedagang kain sutra kaya raya, Francesco del Giocondo pada tahun 1495. Suaminya adalah satu diantara rekan ayah Leonardo Da Vinci, notaris ternama di Firenze saat itu. Hasil penyelidikan Pallanti menunjukkan, Da Vinci tinggal di kota kecil itu antara tahun 1501 sampai tahun 1503.

Penemuan fakta tersebut memperkuat memperkuat teori yang pernah dikemukakan sejumlah pakar sejarah pada abad ke-16, bahwa Monalisa bukanlah tokoh fiktif yang dikhayalkan Da Vinci.

Temuan Pallanti itu bahwa Monalisa bukan tokoh fiktif. Temuan ini juga menjelaskan tanggapan orang-orang Prancis menyebut lukisan Monalisa sebagai "La Joconde"--nama yang mengacu kepada nama suami Monalisa. Temuan ini pun diharapkan dapat mengakhiri perdebatan yang telah berlangsung selama berabad-abad tentang keinginan Da Vinci melalui lukisannya Monalisa.

J  Pada bulan Desember 2005, ilmuwan dari University of Amsterdam dan University of Illinois mengungkapkan misteri senyum Monalisa melalui penelitiannya yang menggunakan bantuan software komputer, untuk mengungkap ‘rahasia emosi’ yang terkandung dalam lukisan karya Leonardo Da Vinci tersebut. Dalam ‘New Scientist’, mereka menyimpulkan, bahwa senyuman Monalisa menyampaikan pesan : 83 % kebahagiaan, 9% kekejian, 6 % rasa takut, dan 2 % rasa marah. Kesimpulan tersebut diperoleh dari analisa goresan lipstik dan kerutan di seputar mata dari lukisan ‘Monalisa’, yang menurut para ahli menggambarkan emosi yang terkandung di dalamnya.

J  Tahun 2006, senyum Monalisa menarik perhatian seorang ahli akustik berkebangsaan Jepang, Dr. Matsumi Suzuki, ia tergugah untuk mengekspresikan suara dibalik senyum misterius Monalisa. Dr. Matsumi Suzuki yang sehari-hari bekerja membantu investigasi kejahatan, untuk mewujudkan keinginannya agar lukisan Monalisa bisa berbicara, ia memerlukan ukuran wajah dan tangan pelukis terkenal di abad 17 tersebut.
“Begitu mendapatkan ukuran wajah dan tangan Leonardo Da Vinci, kita bisa menciptakan suara yang sangat mirip dengan pemiliknya. Masing-masing individu mempunyai nada yang sangat khas. Hal itu bisa dilihat dalam grafik yang dikenal sebagai voice print. Alat tersebut memiliki akurasi 90%, sebab sudah pernah dicoba dan berhasil sukses dalam menirukan suara beberapa tokoh terkenal. Dalam kasus Monalisa, bagian wajahnya yang lumayan lebar dan pipinya yang menonjol, menunjukkan bahwa bentuk seperti itu (umumnya) pemiliknya memiliki suara rendah.” Urainya pada Reuters dalam wawancara dikantornya bulan Mei 2006.

Untuk menambah akurasinya, beberapa ahli meminta perempuan Italia untuk memberi aksen khas orang-orang Italia. Lalu apa sebenarnya yang dikatakan oleh Monalisa dalam lukisan tersebut? “Saya Monalisa. Identitas sejati saya diselimuti misteri.”

Tidak percaya? Silakan kunjungi situs dibawah ini untuk mendengar suara Monalisa:

Tidak ada komentar: