Jumat, 12 November 2010

Pantaskah Kita Hanya Bersedekap?


(effendi bp)

Ada yang tak terduga
tiba-tiba terkabar berita bencana di ujung timur nusantara;
semua menjadi puing rebah mencium tanah ibunda
nyaris tanpa suara

Belum berhenti tangan mengelus dada
gelombang tsunami menggulung datang melanda;
rebahlah rumah, rebahlah jiwa
nyaris tanpa sisa

Bencana Merapi yang masih bisa diduga
tapi masih saja daya kita tak mampu mengelak
bahkan sang pejaga alam pun akhirnya tumbang dalam sujudnya
Guguran demi guguran kemudian telah merebahkan yang fana
sungguh debulah manusia…
sungguh debulah manusia…

Semua lagu, kini menyanyikan ratapan kesedihan
karena hilangnya segala yang dipunya;
jiwa
sanak keluarga
pekerjaan dan harta benda
Dan sekarang waktu mereka berjalan sangat lambat dan terasa berat

Lihatlah sorot mata mereka kosong yang sangat berharap kepada kita!
Yang jauh dari malapetaka
Yang tak kehilangan apa-apa
Yang sering (hanya) merasa kasihan kepada yang tertimpa bencana
Pantaskah kita hanya bersedekap berpangku tangan?

Sekiranya tak bisa menyingsingkan lengan bajumu,
ulurkanlah sedekah buat mereka,
bukan hanya nyinyir bibir tanpa tindakan
Sekurang-kurangnya ejalah ayat-ayat suci kehadirat-Nya,
karena sesungguhnya Dia tak pernah murka.

(sidoarjo, 5 Nopember 2010, 22:39)

Tidak ada komentar: