
luka ini belum juga hilang
masih membekas, dan tak elok dipandang
luka ini belum juga kering
ngilunya merusak emosi jiwa hingga garing
pagi ini luka ini kembali berulang
menyayat nyerinya bukan kepalang
menusuk uluhati hingga ubun-ubun
menggoyang tubuh terhuyung-huyung
semalam, anak lelakiku yang belum genap remaja
mendadak mencengkeram lengan ibunya dalam nyenyaknya
menenggelamkan wajahnya dibawah bantalnya
seakan wajah bengismu sudah dikelopak matanya
sekalipun aku bukan gambaran idealmu
tapi, kau tak harus membenciku
biarkan aku ambil jalanku, seperti kau meniti jalanmu
bukankah dermaga yang sama yang kita tuju?
janganlah kau kehilangan daya pesona dan persuasi kata-kata
hingga kau membabibuta begini rupa...
atas nama siapa lagi kemarahan ini kau persembahkan?
sekira Sang Maha yang hendak kau bela, bukankah Ia pasti Digdaya?
sekira yang merasa sang maha hendak kau junjung, mengapa mesti begini caranya?
atau jangan-jangan... ulah kau saja yang ingin naik surga dengan tiket murahan?
atau…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar