Senin, 20 Februari 2012

Bagaimana Senyum di Proses


Pada orang normal, tersenyum, tertawa dan menangis itu sebetulnya suatu reaksi terhadap keadaan krisis, berupa suatu perubahan yang tidak terduga. Kondisi itu bisa terjadi dalam keadaan yang mengagetkan, menyenangkan, atau menyedihkan. Krisis itulah yang membuat orang bisa tersenyum, tertawa atau menangis. Konkretnya, kalau Anda sedang serius mendengarkan sesuatu, tahu-tahu hasilnya tidak sesuai dengan apa yang Anda duga, Anda bisa tersenyum bahkan mungkin tertawa terbahak-bahak. Kalau Anda merencanakan sesuatu yang diharapkan hasilnya adalah baik, tapi kenyataannya gagal, maka Anda bisa menangis.

Ketika emosional seseorang mengalami sesuatu yang buruk yang membuatnya tidak nyaman, karena dipicu oleh suatu kejadian, maka ritme degup jantungnya bergejolak lebih kencang dari biasanya. Kejadian emosional seperti itu membawa anggapan kita, bahwa berkecamuknya "gejolak hati" itu terjadi di organ jantung kita. Benarkah Pandangan itu? Ternyata keliru. 

Coba Anda mengingat kejadian yang pernah Anda alami ketika Anda merasa "sakit hati" pada seseorang, maka "rasa sakitnya" akan terasa menusuk-nusuk sampai ke "ulu hati". Jika demikian, hati itu ada dan hati itu dapat merasa sakit.  Tetapi, apakah soal letaknya di jantung atau bukan, itu merupakan soal lain lagi.

Aspek-aspek emosi, termasuk tersenyum, tertawa dan menangis, "diatur" oleh pusat emosi di dalam struktur otak yang dinamakan sistem limbik (limbic system). Sistem yang juga berhubungan dengan aspek-aspek tingkah laku tertentu ini bentuknya seperti lingkaran sehingga oleh seorang ahli bernama Papez dinamai “lingkaran bergema.”

Papez menemukan hal ini, karena ketika intinya dirusak, orang yang bersangkutan menunjukkan suatu emosi yang tidak tepat atau kacau. Artinya, secara tidak sengaja orang tersebut bisa mudah marah, tetapi gampang pula tertawa terbahak-bahak meski tidak ada yang lucu. Itu karena lingkaran yang juga merupakan pusat emosi manusia itu terputus. Kalau salah satu bagian dari lingkaran ini rusak, maka memori orang tersebut juga akan hilang. Itu juga yang terjadi pada orang pikun, karena salah satu bagian lingkaran ini rusak.



PANDANGAN NEUROLOG

Para ahli arsitektur otak manusia (neurolog), menemukan bahwa "data murni" (raw data) sebagai informasi murni semuanya disimpan di suatu lokasi pada bagian Neo Cortex otak manusia. Letaknya di otak kecil (Cerebellum) bagian otak yang dekat dengan tengkuk manusia.  Sedangkan data yang sudah terpolusi oleh emosi (emotional data) tersimpan pada tempat lain di bawah otak besar (Cerebrum) manusia yang namanya "buah badam" (amygdala) karena bentuknya seperti sepasang buah badam.

Bila Anda membenci seseorang, maka "basic data" tentang ciri-ciri fisik orang tersebut  disimpan dalam Neo Cortex. Sedang data tetang rasa benci dan sakit hati Anda kepada orang tersebut disimpan Amygdala, bukan disimpan di Neo Cortex.  Maka, setiap kali Anda melihat (visual) atau mendengar (auditory) tentang orang tersebut, maka informasi yang dikumpulkan melalui mata atau telinga Anda langsung disalurkan ke Neo Cortex terlebih dahulu, lalu dari situ barulah diteruskan ke Amygdala. Aliran data itu melaju  super cepat dalam hitungan “nanodetik”, sementara jarak “Neo Cortex – Amygdala” hanya beberapa sentimeter saja, sehingga reaksi yang Anda alami bisa dikatakan langsung.  Begitu memikirkan orang yang Anda benci, maka rasa marah, jengkel, benci dan sebagainya langsung memicu hormon adrenalin Anda. Memikirkannya saja Anda akan langsung bereaksi negatif, apalagi bila Anda sampai melihat atau mendengarnya.

Secara ilmiah, membuktikan bahwa perasaan atau gejolak hati itu letaknya bukan di “hati” atau “jantung”, tetapi sebenarnya justru berada di otak manusia itu sendiri. Lalu bagaimana dengan “jantung” berdebar-debar dan “ulu hati” yang sakit? Reaksi itu hanyalah efek samping ketika Amygdala memerintahkan bagian teknis lain dari otak manusia untuk memicu hormon adrenalin di anak ginjal untuk mengeluarkan sekresi yang sesuai. Maka, otot jadi tegang, raut muka jadi merah dan kaku, nada suara berubah jadi tinggi, dan fenomena perubahan fisik lainnya juga ikut menyesuaikan perintahnya.

Bagaimana dengan emosional yang sebaliknya, misalkan bila Anda membayangkan seseorang yang Anda cintai dan sayangi? Reaksi mekanismenya sama, akan tetapi kali ini bukan “hormon adrenalin” yang dipicu tetapi hormon sebaliknya yang bersifat sedatif (menenangkan atau menyenangkan).  Demikian juga dengan reaksi fisik Anda juga berbeda dimana otot-otot menjadi kendur, urat senyum Anda bereaksi, nada suara Anda menjadi lebih lembut dan merdu, dan membuat perasaan menjadi tenang, tentram, nyaman dan bahagia seterusnya.






PANDANGAN PSIKOLOG

R.B.Zajonc, seorang pakar psikologi dari Universitas Michigan di Ann Arbor berpendapat bahwa ada unsur psikologi yang dapat dihubungkan antara meluapkan “perasaan gembira” dengan “sifat mental yang positif.” Bagian raut muka manusia mempunyai otot-otot, akan tetapi ada juga sebagian orang yang tidak mempunyai kemampuan melebarkan rongga mulutnya, sehingga ada kesulitan tersendiri untuk bisa tersenyum. Secara fungsional sebagian dari otot-otot tersebut masih merupakan misteri.

Apakah bentuk air muka yang nampak diwajah seseorang adalah wujud presentasi sebenarnya situasi emosional yang ada dalam pikirannya?

Sebagai contoh, dapatkah kita melemparkan senyuman untuk menghilangkan rasa takut kepada musuh? Jika seseorang sedang menghadapi masalah yang menekan dirinya, apabila ia mampu tersenyum, maka senyumnya dapat membuat dirinya gembira dan melupakan masalah yang dihadapi atau akan punya kemampuan untuk menyelesaikannya dengan tenang.

Secara ilmiah, darah akan mengalir kebagian otak dan muka melalui saluran darah yang sama yaitu, arteri karotid. Apabila seseorang tersenyum atau mengerut dahi, maka otot wajah yang melintasi bagian tulang rahang akan menjadi tegang dan ia akan menyebabkan darah lebih banyak dipompakan ke bagian wajahnya. Melalui proses ini, perubahan terjadi terhadap kadar darah yang disalurkan melalui arteri karotid yaitu,  saluran utama menuju ke otak. Keadaan ini akan melegakan perasaan seseorang. Teori ini juga menjelaskan keadaan seseorang yang menjadi merah wajahnya. Keadaan ini sebenarnya satu tindakan yang tidak sengaja. Orang yang menjadi merah wajahnya sebenarnya ingin lari dari apa yang dialaminya.

Contohnya, perasaan malu. Ini terjadi apabila perjalanan darah yang dipacu oleh sistem hormon adrenalin dalam badan telah dialirkan dari otak ke saluran darah dibagian wajah hingga menyebabkan air muka seseorang itu berubah menjadi merah. Air muka yang muram menyebabkan seseorang merasa tertekan, sedangkan air muka yang ceria akan membantu memompakan semangat. Namun demikian, kebenaran teori ini tidak dapat dijamin sepenuhnya karena senyum kadang-kadang bisa dibuat-buat atau disengaja untuk melindungi perasaan marah atau kecewa (baca cerita “senyum yang menyesatkan”)..

Bagaimanapun, terdapat juga alasan yang baik untuk memastikan bahwa raut muka yang gembira akan merangsang perasaan Anda. Senyum bukan saja menjadikan otak Anda merasa lega, tetapi mampu membuat orang lain senang dan bersedia untuk berinteraksi dengan Anda.


GERAKAN OTOT & STAMINA

Aktivitas emosional kita sangat mempengaruhi enerji yang kita keluarkan, sehingga dapat mempengaruhi stamina hidup kita, sebab gerakan otot yang menerima perintah dari Amygdala akan bekerja mengikuti instruksi tersebut. Apabila kita MARAH, kita akan mengedutkan sebanyak 63 otot yang ada di raut muka, apabila kita MENGERUTKAN DAHI, kita akan menggerakkan sebanyak 40 otot yang ada di raut muka kita untuk bekerja, tetapi apabila kita SENYUM, kita akan menggerakkan lebih kurang sebanyak 15-17 otot yang ada di raut muka, dan hal itu bisa membuat wajah kita lebih rileks. Bayangkan!!

Senyum dan tertawa bisa melatih otot wajah kita. Kulit jadi kencang, kerut-kerut di wajahpun jadi hilang. Cemberut bisa menimbulkan kerutan permanen pada wajah.

Yang mana pilihan Anda?

Tidak ada komentar: