Selasa, 02 Juni 2009

JUBAH KEBESARAN

Baju yang dikenakannya malam itu nyaris seluruhnya hitam, tak terkecuali topinya yang tinggi menjulang, seperti topi pamannya orang Amerika. Dua buah kopor, warnanya juga hitam, tergeletak diatas meja malam itu menemaninya membuka praktik profesionalnya.

Malam itu, ia praktik tidak seperti biasanya; ia melakukannya dibawah kilatan cahaya yang saling silang, berikut backsound pun turut menyemarakkan suasana. Bukan dijalanan, tapi disebuah panggung megah yang ditonton jutaan orang, langsung maupun lewat televisi.

Dipraktikkannya beberapa nomor keahliannya yang selama kurang lebih sepuluh tahun terakhir ini telah mampu menopang kehidupannya bersama keluarga. Selalu ada mantra yang diucapkannya setiap kali ia akan mengeksekusi praktiknya, aku tak tahu pasti, apakah mantra yang diucapkannya adalah untuk memohon kekuatan kepada Yang Maha Kuasa? ataukah untuk meyakinkan para undangan, bahwa ia adalah ahlinya? Selalu ada tepuk tangan yang riuh untuknya; antara kekaguman atau rasa geli, aku tak paham. Dan, diakhir penampilannya terjadi standing applaus yang panjang sampai membuatnya nyengir kebingungan.

Dia adalah Sutarno. Pesulap jalanan yang jum’at pahing malam lalu menjadi peserta acara ‘The Master - Mencari Bintang Tanpa Mantra’ yang disiarkan secara live oleh RCTI. Laiknya setiap laga, setiap peserta selalu dikomentari oleh para Dewan Juri, tidak terkecuali Sutarno yang sudah cukup sepuh (61 tahun) dengan pembawaan lugunya.

Juri pertama yang memberikan komentar adalah Master Mentalist yang baru memenangkan duel sebelumnya, yaitu: Joe Sandy. Sambil berkaca-kaca, ia bercerita, bahwa 30 tahun lalu, satu-satunya hiburan yang mampu disediakan oleh orangtuanya adalah menonton pesulap di pasar. Kesan tersebut sangat kuat tersimpan di memori otaknya, sehingga mendorongnya untuk belajar dan belajar tentang dunia magician, dan mengantarnya menjadi juara The Master.

Pengalaman yang sama juga dialami oleh Master Hypnosis Romy Rafael. Dimasa kecilnya ia sering sekali melihat atraksi pesulap jalanan. Yang kemudian menginspirasinya untuk mempelajarinya. Ia menabung uang jajannya hanya untuk membeli ‘rahasia sulap’ yang dijual para pesulap jalanan.

Berbeda dengan pendapat dua juri terdahulu, Master Mentalist Deddy Corbuzier memberikan penilaian yang tidak merdu untuk didengar oleh siapa pun, apalagi oleh Sutarno. Master Deddy menilai, bahwa penampilan Sutarno tidak layak untuk disejajarkan dengan para kontestan lainnya, yang usianya jauh lebih muda dan lebih kreatif. Namun, dibalik cacian yang dilontarkannya, Master Deddy Corbuzier mengakui bahwa tanpa Sutarno dan Sutarno-sutarno yang lain, Indonesia (barangkali) tidak akan pernah lahir Master-master baru yang sekarang ada. Sutarno, malam itu ditahbiskan sebagai The Master of Traditional Magician untuk pengabdiannya sebagai pesulap jalanan. Sutarno telah memenangkan laga tanpa tanding. Dan jubah kebesaran The Master telah dikenakan kepadanya. Salut !!!

Drama diatas memicu syaraf saya mengontak otak saya untuk membongkar memori, mencari para inspirator yang telah menanamkan benih hikmatnya untuk bekal perjalanan hidup saya. Saya jadi teringat guru bahasa yang mangajar sewaktu masih di SD, yaitu: Pak Hasyim.

Beliau yang mengajari saya bagaimana berbahasa yang baik. Dia bertutur bukan hanya mengajarkan bahasa, tapi beliau menanamkan nilai-nilai. “Bahasa menunjukkan bangsa”, katanya suatu ketika. Saat itu, saya mengartikannya sebagai ‘nasionalisme’, tentang keutuhan bangsa dengan bahasa sebagai pemersatunya. Dalam perjalanan waktu, saya bisa menemukan nilai-nilai lain dari ungkapan itu. Bahasa yang beliau ajarkan sudah memberikan banyak capaian dalam hidupku.

Selain beliau, masih banyak master-master lain yang menginspirasi perjalanan ziarah hidup saya. Saya yakin, masih ada master-master lain yang akan memberikan warna-warna baru dalam setiap perjalanan.

Seringkali kita lupa dengan benih-benih hikmat yang sudah ditanamkan pada diri kita oleh leluhur, guru, sahabat, teman atau siapa saja. Bahwa sekarang benih-benih hikmat itu sudah menghasilkan banyak buah, dan membuat hidup kita kaya. Saya percaya mereka ikhlas melakukannya untuk kita, tapi sudah layak dan sepantasnya bila kita memberikan penghargaan kepada beliau-beliau semua atas dedikasi dan pengabdiannya kepada hidup kita. Saya akan berusaha mencarinya, dan akan kukenakan jubah The Master kepada beliau dalam lawatan silaturahmiku.

Semoga!

Tidak ada komentar: