Jumat, 11 Juli 2008

MARKETING EGP

Semalam ketika saya sedang makam malam bersama keluarga di sebuah resto, seorang karib mengirim sms ke hp saya, bunyinya begini:

”Pagi tadi saya mengundurkan jadwal pesawat dari jam 17.00 ke jam 18.00. Saya diminta nambah Rp450rb. OK, saya setujui, dan langsung bayar. Nah, sekarang pesawatnya terlambat 1 jam menjadi jam 19.00. Tapi uangku yang Rp450rb tadi tak dikembalikan. Ini marketing model apa, Ki?”

Spontan saya balas begini,”Oh… itu namanya Marketing EGP, Ki.”

Cukup lama saya menunggu balasannya, sehingga membuat saya penasaran, apa sih yang akan dibalas oleh karib saya ini? Ketika hp saya berdering tanda sms masuk, saya menduga pasti balasan sms dari karib saya deh. Ha… benar kan? Dan isinya,

”Oh… itu namanya Marketing EGP, Ki.:-(

EGP:

1) Edan2an sing Golek Profit?

2)Extremising Getting Profit?”


Dua buah pilihan jawaban yang ditebak dan dinantikan beliau untuk saya jawab, lalu saya jawab (iseng) seprti ini,

”Bukan, Ki. Yang betul EGP akronim dari Emang Gue Pikirin.”

Dalam hati, saya menduga bahwa, karib saya ini akan mengumpat “semprul!!!!”.

Maafkan daku ya, Ki! Karena maksud saya cuma sekedar menghibur Anda yang sedang gundah gulana menunggu burung yang akan membawa Anda berkelana. He he he . . .

Sudah banyak jurus-jurus marketing yang ditawarkan dan dipakai untuk menggiring konsumen “harus dan terpaksa” memilih sebuah produk/jasa. Mulai iming-iming diskon, pemberian hadiah hingga janji-janji yang (kadang) tidak masuk akal dipergunakan untuk menjerat calon konsumen. Tidak ada garansi yang bisa menjamin bahwa, faktanya akan sama dengan janji-janji dalam slogan mereka. Apabila terjadi complain dari konsumen, mereka masih punya jurus-jurus berkelit lain yang bisa dipakai sebagai alat pembenar yang sah.

Seperti halnya kejadian yang dialami karib saya dalam cerita diatas, mengapa pihak maskapai tidak memberikan kompensasi atas ketidaktepatan yang sudah dilakukannya? Sedangkan, apabila pihak konsumen yang menunda jadwal “harus” membayar denda? Karib saya ini adalah orang profesional global yang sangat ketat dengan jadwal, maka jika terjadi ketidaktepatan dalam hal waktu, saya bisa pastikan beliau akan mengalami kerugian yang tidak sedikit tentunya.

Jadi, kalau saya memberi nama Marketing EGP (emang gue pikirin) tidak salah , bukan?

Inilah sisi lain yang masih tabu buat konsumen untuk bisa complain. Peristiwa ini mengingatkan saya pada sebuah email promosi sebuah buku yang baru terbit. Melihat judulnya, barangkali buku tersebut bisa memberikan suatu pencerahan kepada kita, baik sebagai konsumen maupun pihak penjual untuk melihat sisi bisnis secara lebih adil, yang bisa memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Saya belum membacanya, tapi sepertinya buku tersebut menarik untuk kita simak, inilah detailnya:

Judul: HAK-HAK KONSUMEN JIKA DIRUGIKAN

Penulis: Happy Susanto

Penerbit: Visimedia Pustaka

Terbitan: Juli, 2008

Ukuran buku: 15 x 23 cm

Tebal : viii+108 hal

ISBN : 979-104-397-3

Harga: 22.500,00

Abstrak:
Pelanggaran terhadap hak konsumen disebabkan beberapa faktor. Di antaranya faktor sikap pelaku usaha yang sering memandang konsumen sebagai pihak yang mudah dieksploitasi dan dipengaruhi untuk mengonsumsi segala bentuk barang/jasa yang ditawarkan. Faktor ini diperparah dengan kurang mengertinya masyarakat umum sebagai konsumen terhadap hak-haknya. Jika haknya diabaikan, konsumen tidak bisa berbuat apa-apa karena memang tidak tahu dan tidak sadar. Ketika sadar, mereka justru tidak mengerti bagaimana tata cara atau prosedur pengaduan dan penuntutan atas hak-haknya yang dilanggar.

Buku ini mengajak kita semua, para konsumen, untuk mencermati masalah-masalah perlindungan konsumen, termasuk soal hak dan tata cara pengaduan jika dirugikan. Buku ini juga dilengkapi prosedur pengaduan yang dapat dilakukan oleh konsumen, serta dilengkapi alamat badan penyelesaian sengketa konsumen (BPSK) dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat (LPKSM) se-Indonesia. Harapannya, konsumen yang dirugikan bisa segera bertindak sebelum kerugian yang ditanggung semakin besar. Dengan kata lain, menjadi bijak sebelum diinjak-injak.

Tidak ada komentar: