Rabu, 28 Mei 2008

BANDUNG BONDOWOSO

Alkisah, dahulu kala, hiduplah seorang pemuda yang jatuh hati pada seorang putri yang sangat cantik.

Kekagumannya kepada sang puteri, menguatkan hatinya melamar sang puteri untuk dijadikan isterinya. Karena tak kuasa menolak, sang puteri akhirnya menerima pinangan tersebut dengan sebuah permintaan kepada sang pemuda untuk dibangunkan candi yang berjumlah seribu buah dalam waktu semalam.

Karena yakin akan kemampuannya, maka permintaan itu dikabulkan oleh sang pemuda. Dengan semangat yang membara, sang pemuda memulai pekerjaannya membangun candi yang menjadi syarat bagi mewujudkan keinginannya memperistri sang puteri pujuannya, sesaat setelah matahari tenggelam menuju ke peraduannya.

Menjelang fajar, sang pemuda berhasil menyelesaikan 999 buah candi, dan dalam hitungan menit saja, satu candi pasti bakal mampu ia selesaikan. Kehebatan sang pemuda membuat sang puteri gelisah, sebab sebenarnya ia tidak mencintai sang pemuda, sehingga untuk menggagalkan pinangan tersebut ia mengajukan syarat yang menurut harapannya tidak akan berhasil. Namun, kenyataannya berkata sebaliknya. Lalu sang puteri mengajak teman-teman gadisnya untuk memukul lesung (tempat menumbuk padi) dan menyalakan obor di sebelah timur.

Bunyi lesung yang didengar sang pemuda dan sinar kemerahan di ufuk timur yang dilihatnya adalah pertanda bahwa waktu yang disediakan untuk membangun candi telah habis. Dengan hati pilu sang pemuda menghentikan aktivitasnya membangun candi yang ke seribu.

Rekayasa yang dibuat oleh sang puteri akhirnya diketahui oleh sang pemuda, maka marahlah ia. Dengan kesaktiannya, sang pemuda lalu mengubah sang puteri menjadi arca.

(legenda rakyat jawa)

Upaya diri untuk membangun imej atau persepsi positif dari orang lain terhadap diri kita, guna memperoleh keuntungan tertentu itulah yang disebut branding.

Semua manusia memiliki imej pribadi, seperti bahasa tubuhnya, caranya berpakaian, tata rias wajah & rambutnya, seleranya terhadap sesuatu, dan seterusnya. Dari sifat-sifat itulah gambaran mental diri seseorang dibentuk.

Imej pribadi yang demikian belumlah cukup untuk mewakili “personal branding” seseorang. Masih dibutuhkan proses untuk membawa kepribadian, ketrampilan dan karakteristik unik-nya yang dikemas menjadi sebuah identitas yang memiliki kekuatan lebih dibanding pribadi-pribadi diluar dirinya. Dan atribut-atribut yang melekat pada dirinya tersebut, pasti ada satu yang paling dominan. Itulah yang akan memudahkan orang lain untuk mengidentifikasi – melakukan analisa karakteristik - yang secara rasional hanya membutuhkan waktu 2 detik dan segera memutuskan untuk berelasi dengan Anda atau tidak sama sekali.

Mengapa Personal Branding perlu diciptakan?

Karena Personal Branding memiliki daya pikat yang magis dan sangat menentukan bagi suksesnya seseorang menjalin hubungan relasi dengan pribadi lain. Apabila Anda mampu membranding diri Anda dengan ritual yang baik, maka respon relasi/publik Anda akan terkesima. Jadi, semuanya tergantung bagaimana Anda membangun ‘personal brand’ Anda secara tepat.

Apabila Anda mampu menciptakan personal brand yang baik, maka dengan sendirinya relasi potensial Anda akan datang dengan sendirinya kepada Anda. Inilah perlunya seseorang menciptakan nilai positif pada pikiran target audience-nya guna memberikan alasan paling rasional, mengapa relasi Anda harus bekerja dengan Anda?

Bila hal tersebut berhasil Anda ciptakan, bisa dipastikan bahwa performance Anda akan dikenal publik sebagai pribadi yang menyenangkan, mitra bisnis yang dapat dipercaya, dan sebagai pribadi yang harus ditemui!

Berapa Lama Membangunnya?

Ilustrasi legenda kisah cinta Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang sepertinya identik dengan ungkapan para pakar tentang “brand”, yaitu: “tidak ada brand yang bisa dibangun hanya semalam”.

Membangun personal branding membutuhkan waktu relatif lama dan proses trial & error kadang tidak bisa dihindarkan. Mengapa demikian? sebab jika hanya mengandalkan imej pribadi saja tidaklah cukup, masih diperlukan asesoris lain untuk menggenapinya agar terbentuk personal brand yang kuat dan kokoh. Untuk itu diperlukan upaya yang gigih.

Agar laku diterima Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso tidak bisa hanya mengandalkan imej pribadinya saja sebagai “pria idaman”, tapi ia perlu membangun personal brand kedigdayaannya sebagai “lelaki sejati” – yang mampu mengatasi tantangan dan hambatan. Terlepas dari kelicikan Roro Jonggrang, seharusnya Bandung Bondowoso dapat membuktikannya.

Sekiranya Anda mampu mencapai personal brand Anda, hal terpenting dari semua hal tersebut yang perlu diperhatikan adalah bagaimana Anda tetap menjaga kualitas personal brand Anda. Hal yang tidak mudah - kalau tidak boleh dibilang sulit - , karena sekali Anda gagal mempertahankan personal brand Anda, maka yang terjadi adalah Anda tenggelam dengan sendirinya dan relasi/publik Anda akan mengetahui bahwa Anda hanya sebagai pecundang belaka, seperti Bandung Bondowoso. Lain tidak.

Apabila Anda berhasil mengaplikasikannya, sesunguhnya personal branding mempunyai dampak yang sangat dasyat. Anda tidak hanya sekedar diacungi jempol, tapi Anda akan menjadi pribadi yang sangat penting yang harus ditemui.

Saya mengajak Anda untuk berani bercermin untuk melihat bagaimana performance Anda sesunguhnya saat ini.

Menjual tidak?

Tidak ada komentar: