
Di sudut ruang
Aku mendengarkan perjalanan ziarahMu dibumiku
Aku terpekur dalam hiruk pikuk sidangMU
setiap jawabMu menyayat hati siapa yang mendengarnya;
lemah, namun menusuk hingga ke ulu hati.
Di puncak jalan sengsaraMu;
ketika tanganMu sudah terentang diantara langit dan bumi
rasa haus meradang dibibirMu
tapi, hanya cuka yang bisa Kau kecup,
sesaat kemudian terdengar suaraMu, “ … selesailah sudah …”
baris terakhir lagu sunyiMu menutup nyanyian!
Ijinkan aku mengecup kakiMu
sebagai penghormatan dan pertobatanku!
(jumat agung, 21032008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar